JPNN.COM
Rabu, 08 Mei 2013 , 04:44:00
JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) kalah start dengan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk urusan penerapan kurikulum baru.
Kementerian yang dipimpin Suryadharma Ali itu baru menerapkan kurikulum baru
2014 nanti.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag Nur Syam membenarkan
bahwa penerapan kurikulum baru di Kemenag baru berjalan tahun depan. "Jadi
kurikulum baru di Kemenag yakni berupa mata pelajaran pendidikan agama, baru
mulai tahun depan," katanya.
Sedangkan untuk mata pelajaran non-agama, meskipun itu di madrasah, menggunakan
kurikulum baru seperti yang digagas Kemendikbud.
Dengan kondisi ini, tidak tertutup kemungkinan ada dua kurikulum yang
dijalankan di madrasah. Yakni kurikulum baru untuk mata pelajaran umum dan
kurikulum lama (kurikulum tingkat satuan pendidikan/KTSP) untuk mata pelajaran
pendidikan agama.
Mantan rektor IAIN Sunan Ampel, Surabaya itu menuturkan, pertimbangan Kemenag
tidak menerapkan kurikulum baru mulai tahun ini adalah karena anggaran.
"Ketersediaan anggaran menjadi pertimbangan mendasar," tegas Nur Syam.
Dia mengatakan anggaran fungsi pendidikan di Kemenag sampai sekarang belum bisa
dicairkan seluruhnya, karena masih ada yang terblokir.
Nur Syam mengatakan, meskipun kurikulum baru mulai dijalankan tahun depan
tetapi tahun ini mereka sudah mempersiapkannya. Dia mengatakan bahwa tahun ini
ada empat agenda penting menjelang penerapan kurikulum baru 2014 nanti. Yakni
sosialisasi, pelatihan guru, perumusan pedoman penyelenggaraan, dan penyusunan
buku teks kurikulum baru,
"Total anggaran untuk keempat kegiatan itu adalah sekitar Rp 298
miliar," katanya. Nur Syam mengatakan, pihaknya belum berani memastikan
kapan pelatihan guru akan mulai dijalankan. Tetapi dia mengatakan Kemenag masih
memiliki waktu panjang hingga tutup tahun 2013 ini.
Sementara itu anggaran penerapan atau implementasi kurikulum baru tahun depan,
Nur Syam sudah mulai menyusun rencana anggaran. Dia mengatakan bahwa anggaran
penerapan kurikulum baru tahun depan sekitar Rp 300 miliar.
Anggaran itu diantaranya digunakan untuk pengadaan buku. "Sasaran kami di
tahun depan, implementasi kurikulum baru hanya untuk 30 persen sekolah,"
tandasnya. (wan)